Matius 27:57-66

Yusuf pun mengambil jenazah itu, mengafani-Nya dengan kain linen yang putih bersih, lalu membaringkan Dia di dalam kubur yang baru miliknya, yang dibuat di bukit batu….

(Matius 27:59-60)

Pada tahun 2016, sepasang kekasih dari Inggris berlibur di Pulau Phu Quoc, Vietnam. Mereka menyewa sebuah perahu kecil dan berlayar menjelajahi pulau. Saat mereka berada di laut, perahu tersebut mengalami kerusakan dan mulai tenggelam. Sang lelaki, tanpa berpikir panjang, melompat dari perahu dan berenang meninggalkan pasangannya. Perempuan itu mencoba bertahan dan berteriak minta tolong. Akhirnya, seorang nelayan setempat datang untuk menyelamatkan gadis tersebut.

Kematian Yesus menimbulkan duka dan trauma bagi para murid-Nya. Dalam kekalutan dan ketakutan, mereka pergi meninggalkan Yesus. Hanya sedikit murid saja yang tinggal dan merawat jenazah Yesus. Di tengah krisis tersebut, Yusuf dari Arimatea yang juga telah percaya dan mengikut Tuhan, melakukan penguburan jenazah Yesus secara layak. Ia menghadap Pilatus dan menempuh jalan birokratis untuk meminta jenazah Yesus. Ia juga menggunakan properti pribadinya, yakni makamnya, untuk menguburkan Yesus. Di tengah krisis, dia tidak lari, tetapi tetap melayani.

Youth, banyak cara yang dilakukan orang untuk menghadapi rasa takut dan kalut. Ada yang menyerah atau melarikan diri. Ada juga yang berusaha melakukan yang terbaik untuk meresponsnya. Memiliki rasa takut saat berhadapan dengan krisis adalah hal yang wajar. Namun, respons kitalah yang terpenting. Pilihlah respons yang terbaik karena melarikan diri tidak akan menyelesaikan masalah. Hadapilah setiap masa-masa krisismu dengan tetap tenang. Melangkahlah bersama Tuhan.

1. Apa yang dilakukan oleh Yusuf dari Arimatea saat Yesus mati?
2. Apa yang sering menghambatmu untuk melakukan yang terbaik di saat krisis?

Pokok Doa: Kaum muda tidak menghindar dan lari dari masalah kehidupan.