Lukas 2:41-52

Semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan jawaban-jawaban yang diberikan-Nya.

(Lukas 2:47)

 

 

 

Saat Yesus berumur 12 tahun, para pemuka agama telah takjub akan kecerdasan dan hikmat yang dimiliki-Nya. Saat mengajar orang banyak, Yesus juga memberi kesan yang sama. Matius 7:28 menyatakan bahwa “Setelah Yesus mengakhiri perkataan itu, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya.”

 

Dalam Matius 7:29 disimpulkan bahwa perasaan takjub orang banyak itu disebabkan karena Yesus selain mengajar dengan penuh hikmat, Ia juga digambarkan penuh kuasa. Kata “kuasa” di sini berarti memiliki otoritas (exousia). Kecerdasan Yesus sebagai Anak Allah dan Mesias bukanlah sekadar pandai, tetapi di dalamnya terkandung hikmat dan otoritas ilahi. Merujuk pada Amsal 8:14-32, maka Sang Hikmat itu disebut juga sebagai sumber pengertian. Kristus selaku Sang Hikmat Allah pada diri-Nya telah memiliki kecerdasan, hikmat, dan otoritas ilahi.

 

Kita membutuhkan hikmat dan kecerdasan agar mampu berpikir dan mengambil keputusan yang benar. Dalam Lukas 21:15, Kristus akan memberikan hikmat kepada umat yang membutuhkan. Dengan sikap percaya dan bersekutu kepada Kristus, kita akan dikaruniai roh hikmat dan kecerdasan. Roh hikmat dan kecerdasan itu kita kembangkan melalui proses belajar dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian kita akan memiliki pengetahuan, kompetensi, dan karakter unggul. Karena itu, perenungan akan firman Tuhan seharusnya membuka perspektif dan pola berpikir yang cerdas dan berhikmat.

 

 

DOA:

Ya Kristus, karuniakanlah kepada kami roh hikmat-Mu agar kami mempermuliakan Allah melalui pengetahuan dan talenta kami. Amin.

 

 

1 Sam. 2:18-20, 26; Mzm. 148; Kol. 3:12-17; Luk. 2:41-52