Imamat 25:1-19

Tetapi, pada tahun ketujuh harus ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN ….

(Imamat 25:4)

 

 

 

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Child Development menunjukkan bahwa kurang istirahat dapat berdampak negatif pada kesehatan emosional dan kognitif seseorang. Seseorang yang tidak mendapatkan cukup tidur akan mengalami peningkatan gejala depresi, kecemasan, dan stres. Selain itu, kurang tidur juga dikaitkan dengan performa akademis yang menurun dan kesulitan dalam mengatur emosi.

 

Dalam Alkitab, istirahat mendapat porsi yang penting. Hal ini tertuang dalam konsep sabat dan Tahun Yobel. Allah berfirman melalui Musa supaya Bangsa Israel bekerja mengolah tanah selama enam tahun, tetapi pada tahun ketujuh mereka harus berhenti agar tanah itu beristirahat. Pada tahun kelima puluh, yakni Tahun Yobel, umat Israel diminta untuk berpulih secara sosial dengan cara tidak mengambil untung saat bertransaksi dengan sesamanya. Dengan cara ini, umat yang berkekurangan secara ekonomi mendapat kesempatan untuk menghadapi masa depan yang lebih baik. Dengan demikian, Bangsa Israel diminta untuk bergantung pada Allah Sang Pemilik tanah dan mengasihi sesamanya sehingga restorasi terjadi secara holistik.

 

Youth, biasanya masa muda diisi dengan belajar dan bekerja tanpa henti sehingga waktu untuk beristirahat sering kali tidak diperhatikan. Faktanya, istirahat bukan hanya bernilai positif secara personal, tetapi juga secara sosial karena menyangkut relasi dengan sesama, bahkan dengan Allah. Oleh karena itu, marilah kita memaknai waktu istirahat dengan bijaksana.

 

 

 

1. Apa makna sabat dan Tahun Yobel bagi Bangsa Israel?
2. Apa yang menjadi kendala bagi anak muda untuk beristirahat dengan baik?

 

 

Pokok Doa: Anak muda dapat beristirahat dengan cukup dan baik.