… ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

(Kej. 2:7)

“Aku tidak mau dekat-dekat dengan orang itu karena ia memakai baju yang jelek dan tinggal di perkampungan kumuh,” komentar seorang Oma saat ada acara kebersamaan. Ia pun memilih untuk duduk agak jauh dari orang tersebut. Ketika melihat hal tersebut, bisa jadi kita akan berkomentar, “Waduh, Oma kok seperti itu? Tidak boleh bersikap begitu.”

Namun demikian, kenyataannya kita memang sering menilai seseorang berdasarkan apa yang ia pakai atau ia miliki, bukan? Di satu sisi, tentu saja hal tersebut sangat manusiawi, tetapi di sisi lain, kita diminta untuk tidak melihat atau menilai seseorang dari apa yang ia miliki. Mengapa demikian? Dalam bacaan kita hari ini, kita perhatikan bahwa Tuhan menciptakan kita semua sama, yakni dari debu tanah. Bila tidak diberi nafas kehidupan maka kita mati seperti patung. Di hadapan Tuhan kita semua ini adalah sama, yakni makhluk fana yang diciptakan tanpa memiliki apa-apa dan akan kembali kepada Sang Pencipta juga tanpa membawa apa-apa. Maka, sudah seharusnya kita melihat teman, anak, menantu, bahkan setiap orang yang berjumpa dengan kita sebagai bagian dari ciptaan Tuhan dan memperlakukan mereka semua dengan baik karena kita setara di hadapan Tuhan.

DOA:

Tuhan, kami bersyukur atas hidup yang Kauberikan kepada kami. Kami mau belajar untuk menghargai setiap orang yang berjumpa dengan kami karena mereka juga adalah ciptaan-Mu yang baik. Amin.