YANG LALU BIARLAH BERLALU
Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk menangis, apabila kita mengingat Sion.
(Mzm. 137:1)
Seorang pria duduk di bangku yang menghadap ke pantai. Matanya memandang jauh ke cakrawala. Opa John yang duduk di sampingnya pelan-pelan berucap, “Anda tampak jauh sekali.” Pria itu tersenyum, “Dua puluh tahun yang lalu,” kenangnya, “Saya duduk di sini bersama sahabat saya. Dan seorang gadis bermain dengan ombak di sana. Gadis itu kemudian menjadi istriku. Namun, mereka berdua sekarang sudah tiada.” Suara pria itu seperti berbisik. Opa John mengikuti pandangan pria itu ke kaki langit. “Nikmatilah kenangan itu,” kata Opa John, “Namun, ingatlah, kenangan itu bagaikan garam. Bila jumlahnya pas, ia akan memunculkan rasa terbaik dari masakan, tetapi jika terlalu banyak, akan merusakkannya.”
Sobat Lansia, kenangan masa lalu memang terkadang menghanyutkan. Umat Allah dalam pembuangan di Babel juga begitu. Mereka suka duduk di tepi sungai dan meratapi hidup mereka. Mereka terkenang masa-masa indah ketika di Sion. Padahal, di Babel pun Tuhan menyertai mereka. Kenangan indah masa lalu memang bukan untuk dilupakan. Namun, ingatlah bahwa sampai sekarang pun Tuhan masih tetap menyertai kita dengan berkat baru setiap hari. Jangan lewatkan sukacita kini dan di sini.
DOA:
Ya Tuhan, ajarlah kami mengenang pemeliharaan-Mu di masa lalu, bersyukur untuk hari ini, dan menyongsong masa depan dengan pengharapan di dalam kasih-Mu. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama