Pengkhotbah 1:1-18

… segala sesuatu adalah sia-sia.

(Pkh. 1:2)

Uang, kekayaan, jabatan, pangkat, dan juga popularitas adalah hal-hal yang selalu dikejar oleh hampir semua orang di muka bumi ini. Ketika memiliki semua hal itu, orang pun mengira bahwa hidupnya sudah lengkap dan tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Mengapa? Karena dunia selalu mengukur dan menilai keberhasilan hidup seseorang dari apa yang dimiliki atau ditampakkan secara materi. Padahal, semua itu hanya bersifat sementara dan sampai kapan pun takkan pernah memberikan kepuasan sejati.

Pengkhotbah mengatakan bahwa segala sesuatu adalah sia-sia. Kata “sia-sia” diterjemahkan dari kata “hebel” yang dipahami sebagai sesuatu yang singkat, seperti embusan napas. Pengkhotbah berpikir, apa gunanya manusia berjerih payah di bawah matahari jika kehidupannya sangat singkat atau fana (hebel) dan pada akhirnya akan mati? Penekanan pada kefanaan hidup terlihat pada ayat 4 yang mengontraskan manusia yang pergi dan datang dengan bumi yang tetap ada. Hal yang lebih menyedihkan adalah singkatnya hidup manusia membuat ia dilupakan setelah ia meninggalkan dunia yang fana ini. Lalu, apa yang harus dilakukan oleh manusia untuk mengisi waktu yang “sia-sia”?

Youth, justru karena hidup seperti embusan napas, manusia perlu mengisi hari-harinya dengan baik dan benar; mensyukuri dan menghargai setiap waktu pemberian Tuhan dengan membangun dan menjalani hidup yang berkualitas. Jangan menyia-nyiakan waktu yang singkat dan berharga ini dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Ingat, hidup ini singkat. Pakailah untuk hal yang bermanfaat!

1. Mengapa “kesia-siaan” menjadi tema utama kitab Pengkhotbah?

2. Apa contoh dari sikap menyia-nyiakan waktu pemberian Tuhan?

Pokok Doa : Bijak mengisi dan membangun hidup yang berkualitas.