MERAWAT KEMANDIRIAN
… dan sekarang [Hana] janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.
(Luk. 2:37)
Ketika kita kanak-kanak, orangtua mendorong kita untuk menjadi pribadi yang mandiri, agar bisa berjalan, makan, mandi, tidur, dan lain sebagainya, sendiri. Kemandirian itu semakin kita nikmati penuh saat berusia remaja, pemuda, dan dewasa. Kita bisa bekerja sendiri, memiliki penghasilan sendiri, menikah dan membentuk keluarga sendiri, dan menanggung banyak tantangan hidup dengan keterampilan kita sendiri. Saat memasuki usia lanjut, kemandirian diri juga tetap menjadi dambaan kita semua.
Ayat di atas berbicara tentang Nabi Hana. Ia seorang janda dan sudah berumur 84 tahun. Sebagai seorang berusia lanjut, Hana sebenarnya bisa memilih menganggur dan bersantai saja di rumah. Sebagai seorang janda, ia punya hak untuk ditolong dan dibantu penghidupannya. Akan tetapi, Hana tetap memilih untuk bersikap mandiri. Setiap hari ia berada di Bait Allah. Untuk apa? Untuk melakukan pekerjaan dan pelayanannya. Ia begitu tekun beribadah dengan berpuasa dan berdoa bagi kepentingan umat. Jika Hana bisa, kita pun bisa untuk tetap bersikap mandiri. Masih banyak pekerjaan baik yang mampu kita lakukan. Kita juga bisa mandiri dalam beribadah dan berdoa. Kita bisa mendukung banyak orang di sekitar kita, agar semua mencapai kemajuan yang baik.
DOA:
Tuhan, mampukanlah kami memelihara kemandirian diri kami dengan baik, sehingga kami tetap dapat melakukan pekerjaan dan pelayanan yang berguna bagi sesama kami. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama