RASA ADALAH TAMU
Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.
(Luk. 22:44)
Opa Memi, begitu kami memanggilnya, sudah berusia 80 tahun dan memiliki penyakit menahun. Kami mengenal beliau sebagai orang tua yang tenang, tapi juga suka humor. Itu sebabnya, kami kadang lupa waktu jika sudah berada di dekat Opa dan mendengarnya berkata-kata. Tidak panjang ia berbicara, tapi sering berhasil membuat kami tertawa. Pernah saya berpikir, mungkin Opa tidak memiliki perasaan yang meresahkan. Ternyata, saya keliru. Ia juga sesekali diganggu rasa takut. Pernah, satu malam, Opa mengatakan, “Sudah beberapa hari ini saya merasa takut.” Bagaimana Opa menghadapinya? “Saya berdoa dan menerima rasa takut sebagai bagian dari kemanusiaan saya.”
Sahabat Lansia, tahukah Anda? Jika hati adalah rumah, maka setiap perasaan adalah tamu. Entah gembira, sedih, atau takut, datang silih berganti di hati, Yesus telah memberi teladan bagaimana menyikapi para tamu tersebut, yaitu dengan mengakui dan menerimanya, namun tidak terhanyut. Di taman Getsemani, di akhir doa-Nya, Yesus berkata, “Bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Kalimat tersebut menunjukkan bahwa Yesus tidak membiarkan diri-Nya hanyut oleh rasa takut. Kasih dan taat-Nya pada Bapalah yang menguasai hati-Nya.
DOA:
Bapa, bersama-Mu kami bersedia mengakui, menerima segala rasa yang mampir di hati, tanpa terhanyut olehnya. Tetaplah menjadi Penguasa hati kami. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama