Markus 1:1-8

“Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku;

membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”

(Mrk. 1:7)

 

 

 

Dalam dunia yang makin konsumtif dan hedonis, acap kali kita temukan berbagai tindakan manipulasi demi pujian yang sia-sia. Dalam urusan pekerjaan, banyak terjadi orang mencari pengakuan atau pujian melalui usaha atau hasil karya orang lain. Ingin terbang tinggi namun bukan dengan angin sendiri, melainkan angin milik orang lain. Itu ciri pribadi tanpa integritas.

 

 

Dalam seruan pertobatannya, Yohanes tahu diri bahwa ia adalah sarana untuk menyiapkan kedatangan Anak Manusia. Oleh karena itu, ia berkata bahwa akan datang yang lebih berkuasa dari dirinya, bahkan membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun ia tidak layak. Padahal Yohanes bukan orang biasa. Ia dianggap nabi yang penuh kuasa. Ia disegani dan dihormati. Bisa saja ia memanfaatkan posisinya demi kemuliaan diri sendiri. Namun, Yohanes sadar betul siapa dirinya, bahwa ia hanya sarana kecil dalam rentang karya penyelamatan Allah yang luar biasa. Ia mempersilakan Tuhan mengambil bagian utama dalam hidup dan karyanya. Ia tidak mencuri kemuliaan Tuhan. Sikap Yohanes menunjukkan bahwa ia siap menyambut kedatangan Yesus sebagai Mesias, Juruselamat. Sikap yang sama juga diharapkan terjadi dan menjadi kerinduan kita sebagai orang percaya.

 

 

Youth, kadang kala kita terjebak mengagungkan diri atas apa yang Tuhan lakukan. Kita merasa seluruh capaian hidup adalah buah kerja keras kita belaka. Akibatnya Tuhan tidak punya tempat. Kerendahan hati Yohanes hendaknya mengajarkan kita bagaimana melihat diri sebagai sarana kecil dalam tangan Tuhan. Semua adalah karena Tuhan. Kita bukan siapa-siapa tanpa Tuhan. Kita ini nothing yang dijadikan something oleh Tuhan yang adalah everything.

 

 

1. Bagaimana wujud kerendahan hati Yohanes?
2. Sadarkah Anda bahwa semua pencapaian Anda saat ini adalah karena Tuhan?

 

 

Pokok Doa: Menyadari dan mengakui karya Tuhan dalam kehidupan kita.