BUKALAH HATI PADA RASA GEMBIRA
Hati yang gembira adalah obat yang manjur,
tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.
(Ams. 17:22)
Pak Yo adalah seorang pemusik gereja yang memiliki penyakit menahun, dan belakangan sering kambuh. Yang menarik, ia sepertinya memiliki segudang alasan untuk mensyukuri hidup. Sepanjang percakapan di rumah sakit, Pak Yo sering mengatakan, “syukurnya.” Misalnya, saat ia menceritakan perjuangan menanggung rasa sakit saat anfal. Di akhir ceritanya, Pak Yo menarik nafas panjang sambil berkata, “Syukurnya, Tuhan masih memberikan kekuatan untuk saya menanggung rasa sakit ini.” Kebiasaan Pak Yo bersyukur membuatnya lebih rileks menjalani hidup.
Sahabat Lansia, hakikat tubuh kita memang rapuh. Tetapi, hati gembira, semangat yang tetap terpelihara, bergantung pilihan kita, bukan? Mungkin kita berpikir, tidak selamanya orang menemukan alasan untuk bergembira. Apalagi jika sedang berada dalam lembah derita. Berhadapan dengan tantangan ini, penulis Amsal kembali menegaskan “hati yang gembira adalah obat” itu berarti justru dalam situasi sulit, kita harus tetap memilih gembira. Fokuslah pada berkat Tuhan yang dicurahkan bahkan pada saat kita bergumul. Pada saat itu, kita akan membuka pintu bagi kegembiraan untuk meliputi hati kita.
DOA:
Tuhan, ajar kami menghitung berkat-Mu, terutama kala kami bergumul.
Sebab dengan demikian, kami mampu menikmati gembira di hati kami.
Amin
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama