Mazmur 8:1-10

Namun Engkau telah mem­buatnya hampir sama seperti Allah,

dan telah memahko­tainya dengan kemuliaan dan hormat.

(Mazmur 8:6)

Kahlil Gibran, seorang penyair, memaknai persahabatan dengan sangat mendalam. Dalam salah satu puisinya, ia menuliskan: “Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu. Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu. Gerangan apa sahabat itu hingga ‘kau senantiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu? Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu! Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu. Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan. Karena dalam titik-titik embun pagi, hati manusia menemukan fajar jati dan gairah segar kehidupan.”

Pemazmur merefleksikan dirinya sebagai manusia di antara ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sungguh amat istimewa. Allah membuat manusia berkuasa atas ciptaan yang lain, bahkan segalanya terletak di bawah kaki manusia (ay. 7). Padahal, manusia hanya terbuat dari debu tanah yang tak berharga. Namun, Allah menciptakan manusia hampir sama seperti Allah. Artinya, manusia diberikan kemuliaan dan kehormatan. Dengan begitu, menjadi panggilan bagi manusia untuk terus menjaga kemuliaan dan kehormatannya seturut dengan kehendak Allah. Pada akhirnya, dengan melihat betapa berharganya manusia di mata Allah, pemazmur ingin mengajak kita mensyukuri hidup dengan memuji kebesaran Allah.

Teens, Kahlil Gibran mengingatkan kita perihal apa gunanya bersahabat. Sahabat bukanlah alat pemuas keinginan kita, tetapi untuk memperbaiki diri kita. Kita bersahabat bukan untuk membunuh waktu, tetapi untuk menghidupkan waktu sehingga lebih bermakna. Bersama pemazmur, kita semua diajak untuk menghargai manusia. Bersama sahabat kita, mari mensyukuri betapa berharganya manusia di hadapan Allah. Pada akhirnya, biarlah nama Tuhan dimuliakan melalui persahabatan kita.