Ulangan 31:1-8

“… janganlah takut

dan janganlah patah hati.”

(Ulangan 31:8)

Dunia mengenal Philippe Petit dengan aksi ‘nekat’nya menyeberang menara WTC New York pada tahun 1974. Rupanya, sejak berusia 8 tahun, Petit memiliki “mimpi,” saat ia melihat tim akrobatik Troubadour asal Cekoslovakia. Ia berguru kepada Papa Rudy yang kemudian mengajarinya untuk ‘menari’ di seutas tali baja. Nasihat dan didikan Papa Rudy selalu terngiang dan menjadi motivasi Petit, bahkan di saat berhadapan dengan situasi sulit. Hingga pada akhirnya ia berhasil mencapai “puncak dunia,” melintasi menara kembar tersebut. Ada rasa takut, namun ia membulatkan tekad untuk menghadapinya.

Renungan hari ini menggambarkan saat Yosua menghadapi sebuah situasi yang menakutkan. Ia akan segera mengambil alih kepemimpinan Israel memasuki era yang baru. Sebagai orang muda tentu ada keraguan, bahkan ketakutan dalam dirinya. Siapakah aku? Namun, Musa mengingatkan Yosua pada pertolongan Allah di masa-masa lampau, juga di saat yang sulit. TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depan Yosua dan akan menyertai langkahnya. Musa mengakhiri pesan dengan janji Allah yang teguh, “Janganlah takut dan janganlah patah hati” (Ul. 31:8). Masa persiapan dan pelatihan Musa bagi Yosua pun segera dilanjutkan.

Teens, kadang perjalanan hidup ini membawa kita pada pengalaman yang menakutkan. Ibarat berjalan di seutas tali, kita harus mampu berjalan maju, sebab jika tidak, kita akan terjatuh. Tidak ada pilihan lain, kita harus bergerak, terus berjalan. Tuhan melatih iman kita untuk melangkah maju. Tetaplah percaya bahwa tangan-Nya memegang dan menjaga kita agar tetap aman. Allah akan berjalan di sisi kita dan memegang tangan kita ketika melewati tempat-tempat yang “menakutkan.”