Yohanes 9:1-41

… “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, dia sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?”

(Yohanes 9:2)

Semua orangtua pasti berharap anaknya dilahirkan dalam keadaan yang baik, memiliki organ tubuh yang lengkap dan dapat berfungsi dengan baik. Secara sederhana, tanpa kekurangan apa pun.

Pertanyaan para murid dalam bacaan hari ini adalah pertanyaan yang umum bagi situasi saat itu. Pada masa itu, setiap orang yang lahir dengan kondisi tubuh yang tak lengkap atau tak berfungsi dengan baik selalu dikaitkan dengan dosa. Entah dosa orangtua atau dosanya sendiri. Bagi orang Yahudi saat itu, tidak mungkin orang lahir cacat atau mengalami situasi buruk bila bukan akibat dosa. Mereka yang dianggap berdosa dan dihukum Tuhan dengan cara seperti itu – buta, lumpuh, atau tuli – akan dijauhi oleh masyarakat. Tak jarang mereka juga harus tinggal di luar kota. Tak ada orang yang bersedia untuk menerima atau mempekerjakan mereka. Orang-orang seperti itu dianggap sebagai sampah masyarakat. Tidak ada yang peduli pada mereka. Namun Yesus peduli! Ia bukan hanya mengatakan dosamu sudah diampuni, tetapi juga memulihkan penglihatannya. Bila Yesus hanya mengatakan dosanya sudah diampuni tetapi ia masih buta, itu tidak berarti apa pun. Sebaliknya, dengan menjadikan orang buta itu dapat melihat maka ia bukan saja sembuh tetapi juga diampuni dosanya

Teens, bila kita mempunyai teman yang hidup dengan kekurangan fisik entah buta, lumpuh, tuli, gagap, atau yang lain, maka hal pertama dan utama yang harus kita lakukan adalah tidak menghakimi mereka dengan berpikir atau menganggap mereka berdosa. Sebaliknya, kita harus menunjukkan kepedulian pada mereka. Kepedulian itu dapat kita tunjukkan dengan melakukan hal-hal sederhana yang menolong mereka untuk dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik. Salah satu hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah dengan tidak menggunjingnya.