Matius 25:31-45

… Segala sesuatu yang telah kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

(Matius 25:40)

Konon Ibu Teresa pernah menolong orang yang tergeletak di got lalu membawanya pulang. Setelah tiba di rumah, orang itu mati tak lama setelah dibersihkan. Orang-orang yang melihatnya merasa heran karena Ibu Teresa seolah melakukan hal yang sia-sia.

Bacaan kita menggambarkan tentang hari penghakiman terakhir. Pada hari itu, sang Raja akan menghakimi setiap orang berdasarkan perbuatannya.  Perbuatan yang dimaksud adalah bagaimana orang memperlakukan mereka yang paling hina sebagai sesamanya. Perhatikan, bukan sekadar hina tetapi yang paling hina. Pada masa itu, orang yang hina saja sudah disingkirkan, apalagi orang yang sangat hina. Mereka tidak diperlakukan sebagai sesama manusia. Dengan mereka yang paling hina itulah sang Raja menyamakan dirinya. Jadi apabila ada orang yang memperlakukan mereka yang paling hina sebagai sesamanya, itu berarti ia melakukannya untuk sang Raja. Mereka yang paling hina adalah mereka yang kelaparan, kehausan, orang asing, yang telanjang, sakit, dan di dalam penjara.

Teens, apa yang dilakukan oleh Ibu Teresa dapat menjadi contoh tentang bagaimana kita dapat berbuat bagi mereka yang paling hina. Ibu Teresa bisa saja membiarkan orang itu tetap berada di dalam got sampai mati. Namun Ibu Teresa bersikap lain. Bila orang itu mati di got, ia adalah korban. Sedangkan bila ia mati di rumah, maka ia adalah sesama. Apa yang dilakukan oleh Ibu Teresa adalah perilaku yang dikehendaki Tuhan. Ia sudah melakukannya untuk Tuhan. Ini bukan sekadar berbuat baik, sebab itu jauh lebih mudah, melainkan menempatkan mereka yang paling hina pada posisi yang sama dengan diri kita sendiri, bahkan lebih dari itu, melakukannya seperti untuk Tuhan.