Yehezkiel 29:1-12

…Beginilah firman Tuhan ALLAH: Sesungguhnya, Aku menjadi lawanmu, hai Firaun, raja Mesir… dan yang berkata: Sungai Nil itu milikku. Akulah yang membuatnya.

 (Yehezkiel 29:3)

 

 

 

Alkisah, ada seorang petarung berbadan tinggi besar menyombongkan dirinya sebelum bertanding. Melihat lawannya yang memiliki ukuran badan lebih kecil, ia merasa yakin akan menang. Namun, dalam waktu 20 detik petarung yang sombong itu roboh di tangan lawannya. Kesombongan petarung itu membuatnya tidak waspada, sehingga ia mudah dikalahkan.

 

Pada masa lalu, Mesir adalah bangsa yang sangat berpengaruh. Keadaan ini membuat Firaun, pemimpin Mesir, menjadi seorang yang sombong. Ia mengatakan bahwa Sungai Nil adalah miliknya; ia yang membuatnya. Oleh karena kesombongannya itu, Allah menghukum Mesir. Allah berfirman melalui Yehezkiel bahwa Ia akan membuat Mesir tidak berdaya, sunyi sepi, dan menjadi reruntuhan. Firman-Nya pun terbukti. Mesir dikalahkan oleh Babel. Melalui hukuman tersebut, Allah menunjukkan bahwa Ia adalah penguasa sesungguhnya, baik atas Mesir dan seluruh bangsa-bangsa.

 

Youth, seperti Firaun yang jatuh pada kesombongan, kita juga bisa jatuh dalam dosa kesombongan. Hal itu terjadi ketika kita merasa bahwa karya dan pencapaian kita merupakan hasil dari kekuatan kita sendiri. Akibatnya, kita mudah meremehkan dan memandang rendah orang lain. Bahkan kita juga dapat meremehkan hal-hal rohani dan merasa tidak butuh Tuhan dalam keseharian. Agar tidak jatuh dalam dosa kesombongan, kita perlu mengingat nasihat yang dikatakan dalam Amsal 16:18, “Kecongkakan mendahului kehancuran dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” Oleh sebab itu, marilah kita menjadi pribadi yang rendah hati di hadapan Tuhan dalam sikap, perbuatan, dan perkataan kita.

 

 

1. Bagaimana Yehezkiel menggambarkan Mesir?
2. Apa yang dapat kita lakukan agar menjadi pribadi yang tidak sombong?

 

 

Pokok Doa: Menjadi pribadi yang rendah hati dan tidak sombong.