TELINGA PANCI
Wahyu 2:7
“Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”
(Wahyu 2:7)
“Tito, stop! Jangan siram- siram Belang terus. Telingamu ini seperti telinga panci!” teriak Kiki saat melihat Tito menyiram Belang sambil tertawa-tawa. “Apa sih telinga panci? Memangnya panci punya telinga?” jawab Tito sambil menghentikan perbuatannya. “Pegangan panci di kiri kanan itu mirip seperti telinga. Namun, panci kan tidak bisa mendengar. Karena itu, kalau ada orang yang diberitahu, tetapi tidak mau mendengar, telinganya disebut telinga panci,” jawab Mama.
Adik-adik, mari kita baca Wahyu 2:7! Jemaat di Kota Efesus diminta Tuhan untuk mendengarkan firman yang disampaikan oleh Roh kepada mereka.
Adik-adik mari kita mendengar firman Tuhan, ya. Eh, bagaimana dengan mereka yang tuna rungu, atau tuli? Tentu istilah “telinga panci” ini tidak ditujukan kepada mereka. Sebab, meskipun mereka tidak bisa mendengar dengan telinga, mereka mengerti firman Tuhan melalui bahasa isyarat dan melakukan firman Tuhan dalam kehidupan mereka. Yuk bersama mendengar dan melakukan firman Tuhan!
Doa: Bapa di Surga, tolonglah aku untuk mendengar dan melakukan
firman-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama