9
Oct

Muak, Tapi Tetap Bicara

Ayub 10

“Aku muak dengan hidupku, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.”

(Ayub 10:1)

 

 

 

Mila bertengkar hebat dengan ayahnya karena sang ayah tidak datang ke sekolah untuk acara pertemuan orangtua. Padahal, acara itu cukup penting karena di sana hasil tes bakat minat setiap anak dijelaskan. Selain itu, ini bukan pertama kalinya ayahnya absen menghadiri acara sejenis. Sang ayah tidak bisa hadir karena memang punya pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Sang ayah pernah bercerita bahwa saat masih bersekolah, ia sering dipanggil guru karena orangtuanya terlambat membayar uang sekolah, sehingga ia malu untuk datang ke sekolah. Ia tidak ingin hal itu terjadi kepada Mila sehingga ia bekerja sangat keras. Sebenarnya, Mila juga lelah dengan kondisi yang ia hadapi. Ia muak menjelaskan kepada gurunya mengapa ayahnya tidak dapat hadir, dan bosan bertanya kepada ayahnya mengapa ayahnya absen lagi. Namun, dalam kemarahannya, Mila tetap memaafkan ayahnya dan mau bicara.

 

Setelah mendengar teguran Bildad, Ayub merasa makin marah dan muak. Ayub makin lelah menjelaskan tentang dirinya kepada teman-temannya. Tanpa ditegur pun, Ayub sudah tahu bahwa ia tidak berdaya di hadapan Allah. Meskipun Ayub tidak menemukan kesalahannya, ia akan tetap mengaku bersalah di hadapan Allah apabila kesalahannya ditunjukkan. Pada titik itu, Ayub muak dengan hidupnya. Namun, meski ia muak, ia tidak mendiamkan Allah. Ia justru tetap mau bicara dan berkeluh kesah kepada Allah.

 

Teens, ketika kita terlalu muak akan sesuatu atau seseorang, tidak jarang kita jadi malas bicara. Kita merasa bicara itu melelahkan dan tidak ada gunanya. Padahal, mungkin bicara itu perlu. Namun, kita harus mencari waktu yang tepat. Demikian pula kepada Allah, meski kita muak dengan apa yang kita alami, kita tetap dapat bicara dengan-Nya dalam doa-doa kita.

Multiple Ajax Calendar

October 2024
S M T W T F S
« Sep    
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:

Rp. 70.000,-/tahun

Rp. 8.000,-/eksemplar


Pembayaran melalui:

Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua

A/C No. 165 0000 558743

a.n. Yayasan Komunikasi Bersama

Marketing


BCA Bidakara

A/C No. 450 558 9999

a.n. Yayasan Komunikasi Bersama


Persembahan Kasih melalui:

BCA Bidakara

A/C No. 450 305 2990

a.n. Yayasan Komunikasi Bersama