1 Raja-Raja 8:54-58

… bangkitlah ia dari depan mezbah TUHAN, dari berlutut dengan tangan terentang ke langit.

(1 Raja-Raja 8:54)

“Lipatlah tangan, tutup mata. Kita berdoa kepada Tuhan.” Begitulah lirik lagu Sekolah Minggu yang biasa dinyanyikan untuk mengawali doa. Sejak kecil kita memang diajarkan untuk berdoa dengan sikap tangan dilipat dan mata terpejam. Apakah sikap tubuh dalam berdoa memang harus demikian?

Jika kita membaca keseluruhan Alkitab, sikap berdoa yang banyak dilakukan adalah bersujud serta menengadahkan wajah dan tangan ke langit, seperti yang dikisahkan dalam teks Alkitab hari ini. Bahkan, di beberapa bagian Alkitab dikisahkan ada yang berdoa sambil memukul diri dan menangis sebagai tanda penyesalan dan pertobatan. Sebenarnya, tidak ada aturan yang baku tentang bagaimana sikap tubuh yang seharusnya dalam berdoa. Bersujud atau duduk, menundukkan atau menengadahkan wajah, menutup mata atau membuka mata, melipat tangan atau membuka tangan, semua boleh saja dilakukan. Sebab, yang utama dalam doa bukanlah sikap tubuh, melainkan sikap hati seseorang.

Teens, mungkin kamu bertanya-tanya mengapa kamu diajari untuk melipat tangan dan menutup mata saat berdoa. Padahal, tidak ada aturan tentang hal itu. Orangtuamu atau guru Sekolah Minggumu mengajarkan sikap demikian bukanlah tanpa alasan. Biasanya, anak-anak cenderung susah berkonsentrasi saat berdoa. Melipat tangan dan menutup mata membantu anak-anak untuk duduk diam dan mendengarkan dengan sungguh doa yang sedang diucapkan. Coba kamu perhatikan, sikap meditasi juga mirip dengan sikap berdoa: menangkupkan tangan di depan dada dan menutup mata. Jadi, bagaimanapun sikap tubuhmu dalam berdoa tidaklah terlalu penting. Meskipun kamu berdoa sambil membuka mata, itu pun tidak menjadi masalah, asalkan saat berdoa kamu sungguh-sungguh mengarahkan hatimu kepada Tuhan. Akan menjadi percuma jika kamu bersujud berdoa, tetapi pikiranmu tidak tertuju pada-Nya.