Ayub 37:1-13

Ia melakukan perbuatan- perbuatan besar yang tidak kita pahami;

(Ayb. 37:5)

Agustinus, seorang Bapa Gereja, pernah berkata, “Jika engkau memahami-Nya, Ia bukan lagi Allah.” Di sini Agustinus ingin menjelaskan bahwa Allah jauh melebihi manusia dalam segala hal, termasuk dalam pemikiran-Nya.

Bacaan Ayub 37 memuat perkataan Elihu kepada Ayub yang hidupnya sedang dirundung penderitaan. Ayub mengalami sakit serta kehilangan harta benda dan anak. Penderitaan biasanya dikaitkan dengan dosa atau kesalahan, sementara Ayub dikenal sebagai orang yang saleh. Ayub pun bertanya- tanya. Ia merasa sudah melakukan segala yang baik di hadapan Tuhan, tetapi mengapa ia mengalami penderitaan yang sangat besar. Dari banyak nasihat yang Elihu berikan, Elihu menegaskan bahwa karya Allah melampaui pengetahuan dan pemahaman manusia (ay. 5). Menurut Elihu, ada berbagai sudut pandang yang dapat dipakai untuk memaknai penderitaan yang dialami. Penderitaan bisa menjadi teguran yang menyadarkan kesalahan, tetapi juga bisa menjadi cara agar manusia mengalami kasih setia-Nya (ay. 13).

Youth, ketika kita mengalami penderitaan, kita mungkin juga mengajukan pertanyaan ini dan itu seperti Ayub. Kita berpikir karena kita sudah melakukan kehendak Tuhan mestinya hidup kita aman dan baik-baik saja. Dalam situasi seperti ini kita merasa kesulitan untuk memahami setiap rencana Tuhan. Allah telah menyatakan diri-Nya, tetapi Ia tetap tinggal sebagai misteri yang tak seutuhnya dapat dipahami. Namun, justru dalam situasi seperti inilah iman berperan. Dengan iman kita menerima misteri Allah, sehingga kita dapat menjadikannya sebagai dasar pengharapan dan percaya pada pertolongan-Nya.

1. Nasihat apa yang diberikan Elihu kepada Ayub?
2. Mengapa orang beriman dapat menderita?

Pokok Doa: Tetap beriman di tengah misteri Allah.