Hakim-Hakim 11:1-11

“Bukankah kamu sendiri membenci aku dan mengusir aku dari keluarga ayahku? Mengapa kamu datang kepadaku sekarang, pada waktu kamu terdesak?”

(Hakim-hakim 11:7)

Teens, apakah kamu pernah melihat fenomena di masyarakat mengenai adanya kecenderungan perilaku tertentu yang biasa dilakukan pada masa pemilihan umum? Misalnya, ada kelompok yang menggunakan isu-isu tentang masa lalu dan latar belakang keluarga seorang calon presiden untuk kemudian diberi narasi sentimental dengan harapan menimbulkan citra negatif pada diri sang calon presiden tersebut.

Pengalaman perusakan citra seseorang dengan menggunakan latar belakang keluarganya juga terjadi pada diri Yefta, salah seorang hakim atau pemimpin orang Israel. Latar belakang ibunya yang berprofesi sebagai pelacur telah digunakan sebagai langkah politis untuk menghancurkan citra diri Yefta dan menolaknya sebagai pemimpin orang Israel. Namun, Yefta telah menunjukkan bahwa ia adalah contoh seorang pemimpin dengan mentalitas yang kuat meskipun ia dipandang rendah. Tindakan orang-orang yang merendahkannya tidak lantas membuat Yefta juga mengalami lemah mental maupun membuat ia merendahkan dirinya sendiri.

Teens, pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan dapat meruntuhkan semangat dalam berupaya menggapai sesuatu. Tidak jarang, orang lain pun menggunakan latar belakang tersebut sebagai alasan untuk merendahkan dan menghancurkan semangat. Namun, kisah Yefta ini telah menunjukkan bahwa seorang pemimpin perlu memiliki mentalitas yang kokoh, semangat yang teguh dalam berproses, dan kerendahan hati untuk menyerahkan diri dibentuk oleh Tuhan. Semua hal itu dapat menjadi modal untuk memiliki kualitas kepemimpinan yang terus berdampak meski lingkungan berusaha meruntuhkan dengan cara merendahkan. Karena itu, marilah menjadi seperti emas, yang meskipun diletakkan di tempat yang kotor sekalipun, tetap menjadi emas yang bernilai tinggi. Begitu jugalah seorang pemimpin yang baik.