Hakim-Hakim 4:1-10

Jawab Barak kepada Debora, “Jika engkau ikut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak ikut maju aku pun tidak maju.”

(Hakim-hakim 4:8)

Teens, bagaimana perasaan kamu jika berada dalam sebuah komunitas yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang penakut? Atau, apakah kamu punya pengalaman takut melakukan sebuah tindakan ketika berperan sebagai pemimpin? Tentu seorang pemimpin perlu memiliki keberanian terutama dalam menentukan sebuah keputusan. Perenungan firman Tuhan pada hari ini pun akan mengajak kita untuk menilik hubungan antara kepemimpinan dan keberanian.

Debora adalah seorang pemimpin perempuan yang sangat terpandang di tengah budaya patriarki yang cenderung menyubordinasikan perempuan. Tampaknya, Debora memiliki kepiawaian dalam menyusun strategi perang dan memimpin pasukan untuk menyerang pertahanan lawan. Inilah wujud dari keberanian Debora sebagai pemimpin yang tidak dimiliki oleh para pemimpin laki-laki pada umumnya di saat itu. Bahkan, Barak yang semestinya memimpin pasukan Israel untuk berperang melawan Sisera pun memohon bantuannya. Inilah momen yang makin mempertegas dampak kepemimpinan Debora yang penuh keberanian. Tidak berhenti sampai di situ, keberanian Debora itu pula yang telah memengaruhi orang-orang Israel lainnya untuk memenangkan peperangan.

Teens, seorang pemimpin perlu memiliki keberanian jika ia ingin memberikan dampak bagi komunitasnya. Tanpa keberanian, seorang pemimpin hanya akan melakukan berbagai hal yang memuaskan kenyamanannya sendiri. Ia akan mengalami kesulitan dalam melakukan terobosan atau inovasi-inovasi yang diperlukan, serta tidak mampu memengaruhi anggotanya untuk melakukan hal-hal yang transformatif maupun berdampak signifikan bagi perkembangan komunitas. Semuanya adalah hasil dari tidak adanya keberanian pada diri seorang pemimpin. Ingat, kepemimpinan yang berdampak tidak akan terwujud tanpa adanya keberanian pada diri seorang pemimpin.