1 Timotius 3:1-7

Jikalau seseorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimana ia dapat mengurus jemaat Allah?

(1 Timotius 3:5)

“Mastering others is strength; mastering oneself is true power,” demikianlah ungkap Lao Tzu. Ungkapan ini menegaskan bahwa mengendalikan diri sendiri itu lebih sulit dibandingkan mengendalikan orang lain. Jika seseorang sudah bisa menguasai dirinya sendiri, orang tersebut memiliki kekuatan yang sejati karena tentu ia bisa menempatkan dirinya secara bijaksana di tengah komunitasnya. Singkatnya, pemimpin yang mampu mengendalikan dirinya sendiri memiliki potensi besar untuk menjadi seorang pemimpin yang baik bagi komunitasnya.

Rasul Paulus menegaskan dalam suratnya kepada Timotius bahwa seorang pemimpin jemaat, yang disebut sebagai pengawas jemaat, haruslah orang yang memiliki pribadi yang berkualitas. Paulus memberikan daftar yang cukup panjang terkait kriteria tersebut (ay. 2-4). Daftar panjang kriteria seorang pengawas jemaat ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin perlu menguasai dirinya sendiri dengan setia kepada apa yang benar dan baik. Selain itu, ia harus bisa menahan diri dari segala perbuatan buruk dan tercela. Dengan kata lain, ia diminta untuk memiliki kemampuan memimpin diri sendiri di dalam ketaatannya kepada Tuhan. Dengan kemampuan tersebut, ia pasti bisa memimpin jemaat yang Tuhan percayakan kepadanya untuk dibimbing olehnya.

Teens, seorang pemimpin yang baik bukan hanya mampu memimpin orang lain, terlebih lagi, ia harus mampu memimpin dirinya sendiri. Ia bukan hanya diminta untuk membedakan mana yang baik dan buruk, melainkan juga secara sadar ia diminta untuk memilih apa yang baik. Sebab, bisa saja seorang pemimpin dapat membedakan apa yang baik dan buruk dengan mudah, tetapi ia tidak mau memilih yang baik. Tahu tidak berarti mau. Karena itu, jadilah pemimpin bagi dirimu sendiri. Dengan hikmat dan pertolongan Tuhan yakinlah selalu bahwa setiap keputusan yang kamu ambil adalah keputusan yang baik dan benar seturut kehendak-Nya.