Yohanes 15:12-17

“Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya. Namun, Aku menyebut kamu sahabat”

(Yohanes 15:15)

Saat kita sakit terkadang kita meminum obat dan antibiotik. Namun, saat kita sudah sembuh tentu kita tidak membutuhkan antibiotik lagi. Dengan ilustrasi ini, Pdt. Joas Adiprasetya menjelaskan konsep kepemimpinan sahabat (friendship leadership) sebagai alternatif model kepemimpinan. Menurutnya, konsep kepemimpinan yang melayani adalah antibiotik terhadap penguasa yang hierarkis dan sewenang- wenang. Hal ini sangat baik, tetapi perlu diwaspadai. Sebab, bisa saja seseorang mengaku melayani, tetapi mengincar, bahkan menuntut privilese tertentu. Kepemimpinan sahabatlah jawaban bagi kedok kepemimpinan yang melayani tetapi ingin dilayani, sebab model ini bersifat setara.

Selain mengajarkan tentang pelayanan, Tuhan Yesus juga memberikan teladan sebagai seorang sahabat. Hubungan-Nya dengan para murid-Nya yang jelas-jelas hierarkis sebagaimana konstruksi sosial pada waktu itu, malahan dihapuskan oleh Tuhan Yesus. “Aku menyebut kamu sahabat” (ay. 15) adalah penegasan bahwa Tuhan Yesus sangat mengasihi para murid-Nya. Bahkan, ekspresi kasih-Nya ini ditunjukkan melalui pengurbanan-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya. Singkatnya, Tuhan Yesus memberikan sebuah relasi yang lintas batas, kuat dan akrab, yaitu sebuah relasi persahabatan.

Teens, kamu sudah belajar tentang kepemimpinan pelayan, tetapi kamu perlu berhati-hati sebab bisa saja terselip keinginan-keinginan untuk mendapatkan keuntungan saat kamu menjadi seorang pemimpin. Jangan menempatkan diri di atas anggota-anggota yang lain dan merasa berhak mendapatkan privilese tertentu. Sadarilah bahwa setiap anggota yang kamu pimpin adalah teman dan sahabat yang setara denganmu dan perlu kamu kasihi. Belajarlah untuk menjadi pemimpin sahabat yang rela berkorban untuk mengasihi para sahabatmu.