Ayub 16:1-21

“Penghibur sialan kamu semua! Belum habiskah omong kosong itu? … Aku pun dapat berbicara seperti kamu, sekiranya kamu pada tempatku ….”
(Ayb. 16:2-4)

Jika ada teman yang sedang berduka, ditimpa bencana, atau mengalami kegagalan, seringkali hal yang pertama kita pikirkan adalah: “Bagaimana saya dapat menghiburnya?” Ternyata menghibur tidak selalu dapat dilakukan dengan cara mengucapkan banyak kata-kata. Hadir dalam diam juga merupakan wujud penghiburan. Seorang terapis tidak harus selalu mengucapkan kata-kata penghiburan jika hal itu tidak dibutuhkan atau jika hal itu justru dapat memperburuk keadaan. Istilah untuk menggambarkan tindakan ini disebut therapeutic silence. Diam yang dapat memulihkan atau menyembuhkan.

Dalam teks Alkitab hari ini, Ayub berkata kepada para sahabatnya, “Penghibur sialan kamu semua!” karena ia merasa bahwa kata-kata yang mereka sampaikan bukannya meringankan, tetapi justru semakin membebani perasaannya. Ayub merasa marah dan kesal atas kata-kata penghiburan kosong yang tidak berasal dari hati yang berempati, hanya basa-basi, bahkan terasa seperti menghakimi.

Youth, jika kita ingin menghibur orang yang berduka, adakalanya kita tak perlu mengucapkan kata-kata. Kadangkala orang yang kita hibur merasa tidak nyaman tetapi ia terpaksa harus berterima kasih kepada kita, padahal di dalam hatinya ia merasa marah dan kesal. Orang yang sedang berduka tidak selalu membutuhkan kata-kata penghiburan. Demikian juga kita tak harus selalu berusaha menyusun kata-kata indah yang kita anggap dapat menghibur mereka yang berduka. Bagi kita yang sedang berduka, menerima perasaan terluka, kecewa, ataupun marah dapat menolong kita merasakan kehadiran Tuhan.

1. Apa yang dirasakan ketika membaca sumpah serapah Ayub?
2. Bagaimana cara memproses duka dan menjadi kawan bagi teman yang hatinya terluka?

Pokok Doa: Akses kesehatan mental.