1 Raja-raja 17:7-24

… maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
(1 Raja-raja 17:15)

Objektifikasi adalah tindakan secara sadar memperlakukan orang lain seperti barang milik tanpa mempertimbangkan martabat mereka. Seseorang disebut mengalami objektifikasi jika mereka diperlakukan seperti alat untuk kepentingan orang lain. Perilaku objektifikasi mengabaikan perasaan dan pengalaman orang yang menjadi korbannya.

Dalam kehidupan masyarakat Yahudi yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi, Elia hadir untuk menguatkan dan memberdayakan perempuan melalui tindakannya kepada janda dari Sarfat. Tidak mudah hidup sebagai janda dalam tradisi patriarki yang kental karena perempuan dipandang sebagai harta milik laki-laki. Keberhargaan mereka adalah jika mereka bersuami. Menjadi janda berarti kehilangan hampir seluruh hak di mata masyarakat, bahkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan. Di tengah kemuraman itu, Allah hadir dan menolong melalui Nabi Elia. Ia diutus meminta makan kepada keluarga janda ini, dan di sanalah mukjizat Allah dinyatakan. Segenggam tepung dan sisa minyak zaitun diubah Allah menjadi tak pernah habis selama tiga setengah tahun. Keajaiban besar juga terjadi ketika Allah menghidupkan kembali anak lelaki janda ini. Melalui Elia, sang janda menjadi subjek yang dihargai kehadirannya, diterima perasaannya, dan ditolong kesulitan hidupnya. Tidak hanya dipulihkan keadaan ekonominya, ia juga diberdayakan dan diangkat martabatnya. Di mata Allah, sang janda dari Sarfat ini dikasihi dan dipandang sebagai manusia berharga seutuhnya.

Teens, menolong sesama yang membutuhkan adalah salah satu tugas mulia yang Allah nyatakan bagi kita. Satu hal penting yang wajib kita lakukan ketika meringankan pergumulan sesama: Pandanglah ia atau mereka setara, sama berharganya, serta libatkan secara aktif berdasarkan kemampuannya.