Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara
dan saling mendahului dalam memberi hormat.
(Roma 12:10)

Seorang komandan menatap marah seorang prajurit, “Apa benar, kamu sudah menikah seperti yang apa yang tertulis dalam data dirimu ini?” “Tentu saja, Pak,” jawab sang prajurit. Komandan pun melanjutkan pertanyaannya, “Mengapa pengawas surat mengatakan bahwa kamu dan istrimu hanya saling mengirim surat kosong?” Prajurit menjawab, “Kami bertengkar baru-baru ini, dan kami sedang tidak ingin bicara satu sama lain, Pak.”

Pertengkaran sering kali berakhir dengan perang dingin. Kita enggan memulai percakapan, menanti pihak lain yang memulainya atau meminta maaf. Sering kali kita membiarkan amarah berlamalama di hati dan menyimpan perasaan luka. Semua hal ini akan semakin merusak relasi di dalam keluarga. Rasa marah, terluka, tersinggung dan sakit hati yang dibiarkan tetap berlama-lama di hati akan menutup pintu pemulihan dan membuat hidup tanpa damai sejahtera. Memperjuangkan cinta kasih di masa-masa sulit adalah kesempatan untuk mempraktikkan cinta dan berproses untuk dibentuk Allah. Di masa-masa seperti itulah kita melatih diri untuk berlomba-lomba atau saling mendahului dalam mempraktikkan cinta kasih, pengampunan dan hormat, karena hanya dengan demikian damai sejahtera dapat hadir di dalam keluarga. Mari sudahi setiap perang dingin dan memulai memberi cinta.

DOA:
Ya Allah Mahakasih, limpahilah kami kasih-Mu agar kami mampu
berpulih dari luka kami dan dimampukan untuk terus
membagi kasih-Mu di dalam kehidupan kami. Amin.