Filipi 1:15-21

… sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur ….
(Flp. 1:18)

Akibat pandemi Covid yang terjadi sejak tahun 2020, tren penggunaan teknologi komunikasi digital meningkat pesat. Hal ini terjadi karena adanya kebutuhan komunikasi dan informasi yang aman, cepat, dan mudah. Namun, tak sedikit dari informasi yang beredar secara digital itu merupakan informasi yang tidak benar atau hoax. Media sosial pun dipakai untuk menyuarakan kepentingan tertentu sehingga kebenaran informasinya sulit untuk dibedakan.

Berita Injil pada era Paulus pun demikian. Kekristenan bukan hanya “baru” tumbuh dan berkembang pada saat itu, melainkan Kekristenan hidup bersama dengan agama dan budaya yang sudah ada di sekitarnya, yaitu Yahudi, Romawi, dan agama lokal lainnya. Oleh karena itu, Paulus mengingatkan jemaat bahwa tidak semua pemberitaan Injil itu murni dan tanpa kepentingan. Paulus dipenjara pun adalah salah satu akibat dari pemberitaannya; Paulus dipenjara karena pemberitaannya tidak sepenuhnya diterima oleh orang-orang yang mendengarnya. Namun, Paulus merasa beruntung bila harus mati demi Kristus, asalkan ia mewartakan Injil dengan ikhlas dan jujur.

Youth, teknologi memang sangat bermanfaat dan membantu kita untuk mendapatkan berita dengan cepat. Namun, kita harus tetap waspada sebab tidak semua berita yang kita terima itu benar. Berita yang tampaknya kristiani pun, tetap harus disikapi dengan bijak. Jadi, tantangan kita berikutnya bukan hanya memulai dan meneruskan pekerjaan baik, melainkan juga memastikan bahwa motivasi kita dalam melayani tetap tulus, jujur, dan tanpa kepentingan. Jangan sampai kita memberitakan Kristus demi popularitas, pencitraan, atau demi konten semata.

1. Menurut Paulus apa yang perlu diwaspadai dalam
pemberitaan Injil?
2. Bagaimana cara mengantisipasi kepalsuan berita tentang Kristus?

Pokok Doa: Kemurnian dalam pemberitaan tentang Kristus.