Filipi 2:1-11

Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri….
(Filipi 2:3)

Sigmund Freud, tokoh penemu teori psikoanalisis berkata, “Kita tidak dapat mengingkari kesan bahwa manusia pada umumnya menggunakan standar yang keliru. Mereka mencari kekuatan, kesuksesan, dan kekayaan untuk diri mereka sendiri, memuji diri di hadapan orang lain dan memandang rendah kepada hal yang berharga dalam hidup.” Freud berpendapat bahwa sikap jemawa atau angkuh berpotensi mengaburkan penilaian manusia. Begitu baik dan sempurna ketika melihat diri sendiri, tetapi sebaliknya selalu kurang dan keliru saat menilai orang lain. Rasa tinggi hati membuat manusia memandang rendah sesamanya.

Dengan penuh kasih dan kesabaran Paulus mengajak jemaat Filipi untuk memiliki karakter rendah hati. Meskipun kerendahan hati Paulus telah teruji dalam berbagai karya pelayanan, ia tidak mematutkan dirinya sendiri sebagai contoh, tetapi mengajak jemaat meneladani dan mengimani Yesus Kristus. Kristus yang adalah Allah sepenuhnya, memilih menjadi sama seperti seorang hamba yang merendahkan diri dan hidup taat kepada Allah melalui karya pengurbanan-Nya yang menyelamatkan dunia. Paulus berpesan agar kerendahan hati Kristus ini menjadi spirit iman mereka. Kesombongan dan pementingan diri akan membuat mereka terpecah dan kalah. Kekuatan jemaat justru terletak pada dua karakter iman. Pertama, hidup sehati yang diwujudkan melalui kesatuan kasih, pikiran, dan tujuan. Kedua, sikap menghormati dan mengapresiasi keragaman talenta dalam diri setiap jemaat. Melalui dua nilai iman itulah, mereka dapat bersaksi dengan benar sehingga Tuhan Yesus makin dipermuliakan.

Teens, setiap orang diberkati Tuhan dengan beragam talenta. Namun, kemampuan yang kita miliki bukanlah untuk kepentingan sendiri atau untuk disombongkan, apalagi untuk merendahkan sesama. Pakailah talenta kita untuk saling membangun dan melayani Tuhan.