Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan,
mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati.
(1Petrus 3:8)

Pertengkaran di pagi itu sungguh melukai hati. Ibu Rani bertengkar dengan suaminya. Sumber pertengkaran adalah sejak pensiun Pak Ranu lebih sering uring-uringan dan marah-marah. Ibu Rani merasa serba salah dan suasana rumah pun menjadi tegang. Ketika kemarahan mereka mereda, Ibu Rani mengubah intonasi bicaranya dan bertanya dengan lembut tentang hal yang sebenarnya sedang dialami Pak Ranu. Mereka pun melakukan percakapan yang mendalam dan muncul pengertian dan semangat untuk saling mendukung satu dengan yang lain. Baru disadari oleh Bu Rani ternyata di awal masa pensiun ini adalah masa sulit untuk suaminya.

Memperjuangkan seia sekata, seperasaan dan mengasihi dalam hidup berumah tangga adalah sebuah perjalanan yang tidak pernahselesai. Sebuah proses yang tidak pernah berakhir bahkan ketika mereka memasuki usia senja. Usaha itu terus diasah melalui setiap pengalaman dan peristiwa. Kesediaan untuk belajar, membuka hati dengan kelembutan adalah upaya kita untuk menyelaraskan langkah bersama. Memberi ruang bagi setiap orang untuk berproses. Bersedia berjalan bersama untuk meneguhkan setiap orang bahwa ia tidak berjalan sendirian. Marilah kita saling meneguhkan untuk terus belajar seia sekata, seperasaan dan kasih.

DOA:
Ya Allah ajarlah kami untuk selalu memiliki kesediaan untuk belajar
bahkan di usia lanjut kami. Belajar untuk seia sekata, belajar
mengasihi. Belajar rendah hati agar kami semakin bertumbuh di
dalam Engkau. Amin.