KEMAH BUKAN RUMAH
Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal ….
(2Kor. 5:1)
“Bagaimana acara kampingnya, De?” tanya Oma kepada cucunya. “Bagus banget, Oma, aku senang. Ternyata enak ya, tinggal di kemah. Seru juga acaranya,” jawab sang cucu. “Kalau senang, kenapa sudah pulang? Mestinya diperpanjang kampingnya,” kata Oma menggoda sang cucu. “Tinggal di kemah sih memang enak dan menyenangkan, tapi aku tetap lebih suka tinggal di rumah. Lebih nyaman dan kangen juga sama Oma,” jawab sang cucu membuat Oma tersenyum bahagia.
Sobat Lansia, senyaman-nyamannya kita tinggal di kemah, pasti kita tetap merindukan rumah. Kemah, pada zaman Rasul Paulus, digunakan sebagai tempat tinggal sementara ketika mereka menjadi pendatang di suatu daerah. Paulus menggunakan gambaran tentang kemah dan rumah ini untuk menjelaskan arti kematian bagi orang-orang percaya. Kematian digambarkan sebagai keadaan ketika tubuh kita yang sementara ini sudah rusak dan harus dibongkar. Karena tubuh ini dibongkar, maka kita harus pulang ke rumah yang kekal yang disiapkan Allah bagi kita di surga. Senyamannyamannya kita tinggal di kemah, kita harus selalu ingat bahwa kemah ini hanyalah tempat tinggal yang sementara karena kemah bukanlah rumah.
DOA:
Tuhan, selama kami diam dalam tubuh ini, tolonglah kami untuk menjaga dan memelihara tubuh ini dengan baik. Ketika tubuh ini harus dibongkar, tolong kami untuk tidak takut, karena kami tahu Tuhan telah menyediakan rumah yang kekal bagi kami. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama