
BIJAKSANA

Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif ….
(Ef. 5:15)
Dalam film-film silat versi kuno yang pernah kita saksikan dulu, sering kali orang bijaksana digambarkan sebagai seorang kakek tua dengan jenggot yang panjang dan membawa tongkat di tangannya. Pendapat umum yang ada adalah untuk dapat menjadi seorang yang bijaksana, maka seseorang harus sudah memiliki umur yang lanjut dan sudah memiliki berbagai macam pengalaman hidup. Sekarang kita sudah lanjut usia, apakah kita sudah bijaksana?
Rasul Paulus mengajarkan kepada jemaat di Efesus cara agar dapat menjadi orang yang bijaksana atau arif. Ia tidak mengajarkan agar kita memiliki umur yang tua terlebih dahulu. Sebaliknya, ia mengajarkan agar kita memperhatikan dengan saksama, yaitu memperhatikan dengan sungguh-sungguh, bagaimana kita menjalani kehidupan. Ada seorang rekan yang mengatakan hal yang menarik, yaitu bahwa untuk menjadi orang yang “bijak-sana” kita harus memulainya dengan menjadi orang yang “bijak-sini”. Maksudnya adalah bukan memperhatikan hal-hal yang jauh dari jangkauan kita, tetapi memikirkan dan memperhatikan apa yang dekat, yaitu hidup kita sendiri. Hidup yang seperti apa? Hidup yang arif, bukan yang bebal. Jadi, untuk bisa menjadi bijaksana, kita harus mengawalinya dari dalam diri kita sendiri.
DOA:
Tuhan, saat kami melihat kembali hidup kami, kami sadar, sering kali kami tidak mencerminkan hidup orang yang arif. Mampukanlah kami agar dapat menjaga hidup kami sesuai kehendak-Mu. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama