Yeremia 19:1-15

Demikianlah akan Kupecahkan bangsa ini dan kota ini, seperti orang memecahkan tembikar tukang periuk, sehingga tidak dapat diperbaiki lagi.”

(Yer. 19:11)

 

 

Kasih Allah pada manusia sering kali dimaknai dan direspons dengan sangat tidak bertanggung jawab. Respons demikian biasanya muncul dari orang-orang yang terlalu percaya diri karena menganggap kasih Allah akan selalu ada bagi manusia, bagaimanapun perilakunya. Pemaknaan ini memang tidak sepenuhnya salah, tetapi bukan berarti sepenuhnya benar. Manusia terkadang lupa kalau Allah berotoritas pada hidup semua ciptaan; entah untuk memberkati, menahan berkat-Nya, memberikan hukuman, dan sebagainya.

 

Perbuatan Israel mendatangkan murka Allah. Bagaimana tidak? Mereka meninggalkan Allah dan beribadah pada allah asing yang tidak mereka kenal. Bahkan, mereka menumpahkan darah orang-orang yang tidak bersalah dengan membakar anak-anak sebagai persembahan Baal. Mereka terlalu percaya diri karena berpikir tetap bisa merasakan berkat dan melakukan dosa di saat yang bersamaan. Namun, Allah menunjukkan otoritas-Nya atas bangsa pilihan-Nya. Nasib Israel digambarkan seperti tembikar tukang periuk yang sengaja dipecahkan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Waktu dan kesempatan bagi mereka untuk bertobat dan dibentukkembali menjadi bejana lain (Yer. 18:4) telah habis. Allah menghancurkan Israel. Ia memaksa mereka untuk belajar, dengan cara yang  berat, bagaimana mereka harus merespons kasih dan anugerah-Nya.

 

Youth, jangan tunggu ditegur, apalagi sampai dihukum, untuk berbalik dari jalan-jalan kita yang tidak berkenan bagi-Nya. Allah memang mahakasih, tetapi bukan berarti Ia bisa diperlakukan seenaknya. Gunakanlah waktu dan kesempatan yang ada untuk terus memperbaiki diri dan menjadi berkat.

 

1. Mengapa Israel digambarkan seperti tembikar yang sengaja dipecahkan?

2. Menurut Anda, mengapa Allah terkadang menghajar umat-Nya dengan keras?

 

 

Pokok Doa:

Kesediaan untuk tunduk dan mengasihi Allah dengan benar