1 Yohanes 4:7-8

Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.

(1 Yohanes 4:8)

Film berjudul “Cin(T)a” adalah film yang mengangkat tema yang sangat sensitif di Indonesia, yaitu perbedaan agama. Dikisahkan ada dua orang yang berasal dari latar belakang keluarga dan agama yang berbeda. Anissa dan Cina. Mereka berdua bertemu saat sama-sama berkuliah di sebuah universitas. Anissa ialah seorang muslim beretnis Jawa, sedangkan Cina ialah pemuda Tionghoa beragama Kristen. Semua perbedaan yang mereka miliki tidak menghalangi mereka untuk menjalin persahabatan. Bagi mereka, meskipun setiap agama memanggil Tuhan dengan nama dan cara yang berbeda, Tuhan yang mereka sembah adalah Tuhan yang sama, yaitu Tuhan yang menciptakan dan menghadirkan cinta.

Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, sering kali menggambarkan Tuhan sebagai seorang ayah yang penuh kasih terhadap anak-anaknya. Bahkan, di banyak bagian Alkitab dikatakan bahwa Allah mengasihi orang yang baik dan para penjahat. Kasih Allah adalah kasih yang tanpa batas dan melampaui semua perbedaan yang ada. Bahkan, ayat yang menjadi fokus renungan kita hari ini menegaskan bahwa setiap orang yang mengenal dan menyembah Allah haruslah saling mengasihi sebab Allah adalah kasih.

Teens, masing-masing agama memanggil Tuhan dengan nama yang berbeda-beda. Agama Hindu memanggil Tuhan dengan sebutan “Sang Hyang Widhi”. Agama Buddha memanggil-Nya dengan sebutan “Sang Hyang Adi”. Agama Islam, Kristen, dan Katolik memanggil-Nya dengan nama “Allah”. Cara berdoa pun berbeda-beda. Agama Islam menjalankan salat 5 kali dalam sehari. Agama Katolik memulai sebuah doa dengan membuat tanda salib. Agama Hindu, Buddha, dan Konghucu memulai doa dengan membakar dupa. Namun, semua ajaran agama memiliki satu ajaran dasar yang sama, yaitu cinta kasih. Sebab, tak ada satu pun agama yang mengajarkan kebencian. Karena itu, setiap orang yang percaya dan menyembah Tuhan haruslah hidup saling mengasihi.