Mazmur 104:24-34, 35b

Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.

(Mzm. 104:30)

 

 

Memayu hayuning bawana merupakan salah satu falsafah hidup orang Jawa. Terjemahan ungkapan ini adalah “memperindah keindahan bumi”. Di tengah-tengah krisis lingkungan hidup yang terjadi pada masa kini, falsafah ini makin relevan. Kita diingatkan bahwa bumi bukanlah objek untuk dieksploitasi demi kepentingan manusia. Sebaliknya, kita diajak untuk merawat dan “mendadani” bumi ini agar tampak makin indah.

 

Pemazmur menggunakan gagasan yang serupa untuk menyatakan pemeliharaan Tuhan atas ciptaan-Nya. Ia mengatakan bahwa Tuhan membaharui (KBBI: membarui) “muka” bumi dengan mengirimkan Roh-Nya. Bagi pemazmur, Tuhan mengirimkan Roh-Nya ke atas seluruh ciptaan. Jadi, Tuhan tidak hanya mengirimkan Roh-Nya ke atas manusia. Kehadiran dan pekerjaan Roh Tuhan di tengahtengah ciptaan-Nya membuat pemazmur takjub. Ia pun memuji dan memuliakan Tuhan. Demikianlah, kita menyaksikan bahwa “ibadah” pemazmur berlangsung di tengah-tengah alam yang diamatinya.

 

Youth, pengalaman pemazmur memperlihatkan kepada kita kaitan erat antara penghayatan iman dan keberadaan seluruh ciptaan. Iman bukan hanya tentang relasi kita dengan Tuhan dan sesama manusia. Lebih luas dari itu, iman juga menyangkut relasi kita dengan seluruh ciptaan Tuhan. Seperti pemazmur, kita pun hendaknya makin menyadari kehadiran Roh Tuhan dalam alam semesta. Roh itulah yang memelihara dan membarui kehidupan. Ia membarui hati dan pikiran kita. Ia menginspirasi kita untuk merawat dan memperindah muka bumi.

 

1. Bagaimana pemazmur menggambarkan relasi antara Tuhan dan ciptaan-Nya?

2. Apa kaitan antara iman dan alam?

 

Pokok Doa:

Agar turut serta dalam merawat dan memperindah muka bumi.