Bisa Merasa?
2 Samuel 18:19-33
Kemudian berkatalah Ahimaas bin Zadok: “Biarlah aku berlari menyampaikan kabar yang baik itu kepada raja, bahwa TUHAN telah memberi keadilan kepadanya dengan melepaskan dia dari tangan musuhnya.”
(2 Samuel 18:19)
Dua orang pemikir berjalan-jalan di taman. Di taman itu ada kolam yang di dalamnya hidup seekor ikan koi. Orang pertama berkata, “Tentulah ikan ini kedinginan di dalam air kolam.” Orang kedua mengernyitkan dahi, lalu ia membantah, “Dari mana kau tahu kalau ikan itu kedinginan? Kau kan bukan seekor ikan?” Orang pertama pun menimpali, “Lantas, dari mana kau tahu aku tidak tahu tentang ikan itu? Kau kan bukan aku?” Demikianlah mereka berdebat. Begitulah manusia. Sibuk berbantah ide-ide dan mengesampingkan empati.
Para kesatria Daud juga melakukan hal yang sama. Bagi para kesatria itu, kematian Absalom adalah kabar baik bagi Daud. Ahimaas bin Zadok dan Yoab berdebat perihal siapa yang akan menyampaikan kabar baik itu kepada raja. Sebenarnya, Daud telah memberikan pesan yang jelas kepada para kesatria dan prajuritnya untuk tidak melukai Absalom meskipun ia melakukan pemberontakan terhadap raja. Faktanya, para kesatria Daud justru membunuh Absalom karena menganggap Absalom adalah musuh dan pemberontak. Bagi para kesatria itu, kematian Absalom adalah kabar sukacita dan kemenangan. Namun, bagi Daud, itu adalah kabar dukacita dan kekalahan besar. Itulah sebabnya begitu mendengar kesaksian dua pembawa pesan bahwa Absalom mati terbunuh, Daud terkejut dan menangis di anjungan pintu gerbang. Bahkan, Daud lebih memilih mati untuk menggantikan anaknya itu. Namun, bisakah para kesatria itu merasakan apa yang dirasakan Daud?
Teens, banyak orang cenderung lebih “merasa bisa” ketimbang “bisa merasa”. Orang-orang sibuk mengejar pengakuan diri dan menganggap orang lain sebagai pesaing yang bisa mengancam eksistensi diri sehingga mesti disingkirkan. Inilah cara terbaik untuk membuat diri menjadi bodoh secara empati. Empati adalah respons afektif dan kognitif terhadap keadaan orang lain. Empati mencakup kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain dengan mengambil perspektif orang lain. Dari kisah Daud, kamu diajak untuk menumbuhkan empati. Kamu diajak untuk lebih “bisa merasa” ketimbang “merasa bisa”.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama