2 Samuel 1:1-16

Dan Daud berkata kepadanya: “Kautanggung sendiri darahmu, sebab mulutmulah yang menjadi saksi menentang engkau, karena berkata: Aku telah membunuh orang yang diurapi TUHAN.”

(2 Samuel 1:16)

Pernahkah kamu mendengar istilah panjat sosial (pansos)? Contohnya, saat seseorang mengunggah foto dirinya bersama orang yang berkuasa demi menaikkan “pandangan sosial” orang lain terhadap dirinya, ia dianggap pansos. Sebab, ini dilakukan demi membentuk citra diri sebagai orang yang berstatus sosial tinggi. Padahal, apa yang dicitrakan itu bisa jadi kebalikan dari realitas yang sesungguhnya.

Seorang pemuda yang berasal dari Amalek datang membawa kabar kematian Saul dan Yonatan kepada Daud. Setelah mendapat kabar itu, Daud menginterogasinya. Pemuda itu menceritakan bahwa ia melihat Raja Saul sekarat di medan perang dan tidak ada harapan untuk hidup. Karena itu, ia memutuskan untuk membunuh Saul demi mengurangi penderitaan Saul. Ia lantas membawa jejamang yang ada di kepala Saul dan gelangnya sebagai bukti. Ia mungkin berpikir bahwa dengan menyampaikan berita itu kepada Daud, ia akan membuat Daud senang karena orang yang membenci Daud kini sudah meninggal. Mungkin juga ia mengira Daud akan secepatnya dinobatkan sebagai raja. Lalu, sebagai rasa terima kasih, Daud memberikannya hadiah atau mungkin mengangkatnya menjadi orang penting di pemerintahan Daud. Ternyata bukan hadiah yang ia terima. Pemuda Amalek itu justru dijatuhi hukuman mati karena telah membunuh Saul, orang yang telah diurapi oleh Tuhan.

Teens, apa yang bisa kita renungkan dari kisah itu? Pertama-tama, tentu janganlah menghina, apalagi merancangkan kejahatan, kepada orang yang diurapi Tuhan. Kedua, jangan memanfaatkan ketenaran orang lain demi membentuk citra diri agar menguntungkan diri sendiri. Ya, jangan seperti pemuda Amalek yang memanfaatkan kondisi Saul demi dianggap, dipuji dan diberi hadiah oleh Daud. Jadilah pribadi yang genuine, yang asli dan apa adanya. Tak perlu pansos demi diakui dan dianggap oleh orang lain.