Yohanes 2:1-11

“Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”

(Yoh. 2:5)

 

 

“Wah, wajahmu pucat! Kamu sakit, ya?” Saat mendengar perkataan itu, beberapa orang cenderung tersugesti untuk merasa sakit. Yang tadinya tidak sadar sedang sakit, mendadak menjadi sadar. Atau, yang tadinya tidak sakit mungkin mulai mengecek apakah ia sakit atau tidak. Perkataan yang kita dengar sering kali menjadi sugesti bagi diri kita, apalagi jika perkataan itu dikatakan oleh orang yang kita percaya.

 

Saat mendengar masalah kehabisan minuman anggur, ibu Yesus percaya bahwa anaknya bisa diandalkan. Ia yakin Yesus mau membantu orang yang sedang berpesta agar tidak malu karena kehabisan anggur di tengah pesta. Karena itu, ia pun meminta Yesus berbuat sesuatu. Kemudian, ia meminta para pelayan untuk mengikuti apa pun yang dikatakan Yesus. Rasa percaya yang dimilikinya menular kepada para pelayan. Mereka mengikuti apa yang Yesus katakan. Albert Nolan menyebut fenomena ini sebagai iman yang menular. Baginya, iman tidak bisa diajarkan, hanya bisa ditangkap oleh setiap orang yang menyaksikan iman orang lain. Iman ibu Yesus ditangkap oleh para pelayan. Mereka pun percaya akan ada keajaiban yang terjadi.

 

Youth, setiap perkataan kita punya peluang untuk menjadi sugesti, baik bagi orang lain maupun diri kita sendiri. Karena itu, mari ucapkan hal-hal yang berdampak positif! Biarlah segala hal baik yang ada dalam diri kita terpancar melalui perkataan kita. Perkataan yang baik akan membawa energi yang baik bukan hanya pada lingkungan sekitar, melainkan juga pada diri kita sendiri.

 

 

1. Bagaimana Yesus merespons perkataan ibu-Nya?

2. Apa dampak yang dirasakan oleh diri sendiri ketika mengatakan hal-hal baik?

 

 

Pokok Doa : Belajar mengatakan hal yang baik.