BERSEDIH TETAPI TIDAK BERLARUT-LARUT
… supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
(1Tes. 4:13)
Sebuah pepatah Jawa berbunyi, “Wong urip iku mung mampir ngombe.” Pepatah ini menegaskan betapa singkat kehidupan itu berjalan, hanya seperti mampir sejenak untuk minum. Pada waktunya, semua yang lahir akan mengalami kematian. Namun, tidak pernah ada yang siap menerima kematian orang yang dikasihi. Sebab, kematian berarti perpisahan dengan orang yang sudah lama bersama dengan kita. Kita tidak bisa lagi menyentuh, menatap, dan berbicara dengannya. Itu sebabnya, tidak sedikit orang yang mengalami kesulitan untuk pulih dari kedukaannya. Tidak mau makan, kehilangan harapan, dan akhirnya sakit karena diselimuti oleh kesedihan.
Sahabat Lansia, bersedih karena kematian orang yang kita kasihi itu wajar. Tetapi, jangan sampai berlarut-larut. Rasul Paulus mengingatkan hal ini kepada jemaat Tesalonika. Ia mengingatkan untuk tidak berlarut-larut, sebab orang yang dikasihi sudah berada bersama dengan Allah. Inilah alasan untuk tidak membiarkan diri dikuasai kesedihan. Dalam persekutuan dengan Allah, kematian tidak berarti perpisahan untuk selamanya. Pada waktunya, kita akan bertemu kembali di rumah Bapa yang kekal. Sampai waktunya tiba, selama kita diberi kesempatan hidup: muliakanlah Allah.
DOA :
Tuhan, genggamlah tangan kami, kuatkan ketika kami mengalami berbagai-bagai dukacita dalam hidup ini. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama