GARAM YANG TAWAR
“Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”
(Mat. 5:13)
“Saya tidak bisa memahami ayat ini. Bagaimana mungkin garam bisa menjadi tawar? Seumur hidup saya tidak pernah tahu ada garam yang bisa menjadi tawar. Mohon penjelasannya, Pak Wepe,” demikianlah sebuah pesan singkat yang masuk melalui WA saya. Tentu kita yang hidup di zaman sekarang sulit memahami ada garam yang menjadi tawar. Namun, pada zaman Tuhan Yesus, garam diambil dari danau Laut Mati, yang mengandung campuran banyak mineral lain. Dalam perjalanan waktu dan akibat penyimpanan yang kurang baik, maka rasa asin dapat menjadi hilang dan hanya tersisa residu saja. Residu yang tanpa rasa ini biasanya dibuang di jalan. Tidak berguna.
Sobat Lansia, Tuhan Yesus mengutus kita untuk berbagi rasa bagi dunia ini. Kehadiran garam adalah sebuah keharusan di dalam kehidupan ini. Masakan tanpa garam menjadi kurang enak, bukan? Orang dengan cepat dapat mengenali kondisi kurang garam ini. Marilah kita berbagi pengaruh yang nyata bagi dunia di sekitar tanpa berpikir akankah ada pujian yang datang menghampiri atau tidak. Secara senyap dan bahkan tanpa tatap mata orang banyak, kita mengubah dunia di sekitar menjadi lebih “sedap.” Itulah identitas dan panggilan kita sebagai murid Kristus.
DOA :
Tuhan, ajarlah kami untuk hidup sesuai dengan identitas dan panggilan kami sebagai garam dunia. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama