“… ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat.”

(Why. 1:20)

“Papa hilang!” teriak seorang anak di tengah ibadah yang berlangsung. Beberapa orang segera mengarahkan pandangan ke anak tersebut, sementara yang lain tertawa-tawa kecil, termasuk saya. Anak itu adalah anak saya. Ya, sayalah yang disebutnya hilang. Saya tadinya terlihat olehnya ketika berdiri di mimbar, namun ketika penatua memimpin liturgi, saya duduk di kursi yang tak terlihat olehnya. Bagi anak saya, apa yang tak terlihat itu berarti hilang. Hilang berarti tidak ada lagi.

Sobat Lansia, dalam penderitaan yang terjadi di jemaat mula-mula, Kristus tak lagi berada secara fisik di tengah mereka. Namun, tak terlihat bukan berarti hilang. Yohanes menyampaikan apa yang dilihatnya yakni Kristus, Sang Kepala Gereja, memegang malaikat tujuh jemaat, yaitu para pemimpin jemaat. Kristus juga memegang tujuh kaki dian yang menggambarkan tujuh jemaat dengan tangan kanan-Nya. Sebuah penggambaran yang memperlihatkan Kristus bersama dan bahkan memelihara umat di dalam penderitaan mereka. Inilah penghiburan yang sejati bagi kita. Tuhan tak terlihat bukan berarti hilang, apalagi tak ada. Lewat mata iman, kita percaya bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya.

DOA :

Tuhan, celikkan mata iman kami untuk selalu melihat kehadiran dan pemeliharaan-Mu dalam pelbagai situasi kehidupan. Amin.