MENJADI BATU YANG HIDUP
1 Petrus 2:4–10
Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk
pembangunan suatu rumah rohani ….
(1Pet. 2:5)
Alkitab memakai banyak gambaran atau kiasan. Adakalanya gambaran yang dipakai kurang begitu lazim seperti dalam perikop ini. Apa maksud si penulis surat yang mengajak pembacanya untuk menjadi “batu hidup”? Istilah “batu” diambil dari kitab Yesaya, “Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, sebagai dasar yang teguh” (Yes. 28:16).
Petrus menafsirkan batu penjuru itu ialah Yesus Kristus yang menjadi dasar gereja. Gereja dapat berdiri menjadi bangunan yang kokoh, sebab dibangun di atas dasar yang kuat, yaitu Yesus Kristus. Dialah batu penjuru gereja. Bangunan gereja terdiri dari tumpukan batu-batu yang disusun rapih, sesuai dengan rancangan Sang Arsitek. Dari sini gagasannya terus dikembangkan. Umat Kristus itu seperti batu-batu yang beraneka bentuk, besar dan kecil, yang disusun menjadi bangunan yang indah.
Penulis Surat Petrus mengajak pembaca suratnya untuk menyerahkan hidupnya kepada Allah. Kita semua seperti batu-batu yang dipakai oleh Allah untuk membangun sebuah rumah rohani bagi Allah. Kemauan untuk memilih ada pada Allah sendiri yang memakai kita seperti “batu-batu” yang disusun menjadi bangunan yang indah. Kita tidak layak berbangga diri atas kebaikan diri kita, apalagi menjadi sombong. Juga tidak pantas memandang rendah “batu-batu” lain yang dipakai oleh Sang Arsitek Agung untuk membangun rumah rohani itu.
REFLEKSI:
Setiap orang adalah unik, seperti batu, tidak ada yang sama persis.
Mzm. 19; Kel. 19:1-9a; 1Pet. 2:4-10
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama