Matius 9:32-34

Sedang kedua orang buta itu keluar,

dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan.

(Matius 9:32)

Yesus menghadirkan diri-Nya sebagai sahabat bagi mereka yang tersisih, termasuk bagi para penyandang disabilitas. Ia selalu menyambut mereka dengan cinta-Nya dan menyatakan kesembuhan lewat kuasa-Nya. Di saat orang menolak dan memberi stigma terhadap para penyandang disabilitas, Yesus justru menerima dan menguatkan mereka. Sayangnya, teladan Yesus diabaikan dan banyak orang tetap mengeraskan hati.

Teens, marilah kita juga melihat diri kita, bagaimana kita memperlakukan teman-teman kita penyandang disabilitas. Apakah kita menerima atau justru menolak kehadiran mereka, menjauhi mereka, mengolok-olok, dan enggan memberikan bantuan yang mereka perlukan? Apa bedanya sikap kita dengan orang Farisi? Orang Farisi mempraktikkan tindakan miskin kasih, bahkan mengecam tindakan kasih Yesus. Pada saat Yesus menyembuhkan (menolong orang bisu), mereka mengatakan bahwa Yesus melakukannya dengan kuasa setan. Apa arti dari penolakan mereka terhadap Yesus? Mereka akan tetap memperlakukan para penyandang disabilitas dengan buruk. Mereka akan tetap memberi stigma negatif dan menolak penyandang disabilitas.

Teens, Injil memberitakan tentang karya Yesus yang menyembuhkan orang-orang penyandang disabilitas. Apa dampaknya bagi kita? Sekadar sebuah bacaan sajakah? Kisah penyembuhan yang dilakukan Yesus hendaknya membawa perubahan bagi kita untuk memperlakukan para penyandang disabilitas dengan baik. Pertama, percayalah bahwa di dalam Tuhan, kita mampu menghadirkan kebaikan Tuhan bagi mereka yang lemah. Kedua, yakinlah bahwa di dalam Tuhan banyak hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kita dapat melihat bagaimana teman-teman disabilitas mampu berkarya dengan luar biasa di tengah keterbatasan mereka. Ini mukjizat yang terus Tuhan nyatakan dalam kehidupan ini. Mari kita saling mendukung di dalam cinta Yesus!