Markus 2:1-12

… ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh,

digotong oleh empat orang.

(Markus 2:3)

Komitmen bukanlah sebuah perkara mudah, tetapi Dick Hoyt sangat memahami maknanya. Saat putranya, Rick, lahir dan didiagnosa mengidap cerebral palsy, ia bersama sang istri berkomitmen untuk memberi Rick kehidupan yang normal seperti layaknya kebanyakan orang. Saat Rick berusia 13 tahun, orangtuanya membelikan dia komputer yang dirancang khusus untuk membantunya berbicara. Ketika Rick ingin mengikuti lomba marathon untuk difabel, Dick menyetujuinya. Dalam lomba itu, Dick mendorong kursi roda Rick. Malam usai perlombaan Rick berkata, “Pa, saat aku mengikuti lomba tadi, aku merasa seperti orang normal.” Setelah mengikuti lomba lari itu, Dick dan Rick mengikuti perlombaan-perlombaan yang lain: Marathon, Duathlon, dan Triathlon. Selama 40 tahun, Dick dan Rick telah mengikuti 1.000 perlombaan. Publik memberi mereka penghargaan besar dan memberi julukan “Team Hoyt.”

Orangtua Rick adalah orangtua yang bekerja sama dan berkomitmen untuk mendukung anaknya. Apa yang mereka lakukan juga tersirat dalam sebuah kisah di Alkitab tentang empat orang yang mengusung temannya yang lumpuh. Kerja sama iman pribadi dan orang lain bisa saling mendukung bahkan menyelamatkan, memulihkan. Si lumpuh maupun keempat temannya sama-sama beriman bahwa si lumpuh bisa memperoleh kesembuhan. Yesus mampu melihat isi hati mereka. Ia memerintahkan orang lumpuh itu untuk bangun dan mengangkat tilamnya. Peristiwa itu membuat banyak orang kagum, takjub, lalu memuliakan Allah. Dalam kisah itu, terlihat bahwa iman seseorang yang bekerja sama dengan iman teman-temannya dapat membuahkan keajaiban. Iman yang bekerja sama benar-benar menyelamatkan si lumpuh secara total.

Teens, kita harus memiliki solidaritas iman untuk saling berkorban dan saling mendukung. Milikilah iman yang mau bersama-sama bersatu dan menerobos kesulitan. Iman yang peduli terhadap keselamatan orang lain.