Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap

dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan

tangan-Nya atas orang itu.

(Markus 7:32)

Seorang tuli tidak bisa mendengarkan suara atau kata-kata. Alhasil, ia tidak bisa memahami nilai atau pesan yang dibawa suara. Yahya adalah seorang anak tunarungu sejak lahir. Ia sempat bertanya kepada mamanya dan juga kepada Tuhan. Ia bertanya kepada mamanya, “Ma, kenapa aku harus dilahirkan seperti ini dan beda dengan anak-anak lain?” Mamanya menjawab, “Coba kamu buka Alkitab di Yohanes 9:1-3.” Setelah membaca ayat itu, Yahya mulai merasa mendapat kekuatan dan damai sejahtera. Ia sempat mengalami stres karena merasa dirinya terkucil dan sulit menangkap pelajaran di sekolah. Namun, Tuhan kirimkan seorang sahabat yang baik hati, yang selalu mendampingi dan mendukungnya. Akhirnya, setelah tamat sekolah ia bekerja di sebuah perusahaan. Berkat kegigihan, ketekunan, dan kerja kerasnya, Yahya berhasil menciptakan karya hebat. Sekarang Yahya bekerja di sebuah perusahaan desain interior dan menjalani kehidupan yang tak kalah dengan orang normal.

Tuhan selalu mengetahui apa yang kita butuhkan. Dalam kisah Yahya, Tuhan mengirimkan seorang sahabat untuk menemaninya. Di dalam Markus 7:31-37, ada orang yang dipakai Tuhan untuk membawa seorang yang tuli dan gagap kepada Tuhan. Dikisahkan dalam perikop tersebut, Tuhan Yesus memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah, dan meraba lidahnya. Kemudian sambil menengadah ke langit, Yesus menarik napas dan berkata kepadanya “Efata!” yang artinya: terbukalah! Maka, terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik (Mrk. 7:33-35).

Teens, Tuhan Yesus tidak hanya mengerti kebutuhan orang yang tuli seperti Yahya, Dia juga mengerti kebutuhan setiap kita. Jadi, percayalah, Tuhan akan memberikan kebutuhan kita dan akan menguatkan kita melalui kehadiran para sahabat kita.