2 Korintus 12:1-10

Dan supaya aku jangan meninggikan diri …

maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku ….

(2 Korintus 12:7)

Rawinala adalah sebuah yayasan yang memiliki misi mulia untuk mendidik dan mengasuh anak-anak tunanetra ganda. Ini sekolah tunanetra ganda pertama di Indonesia. Dilengkapi dengan asrama, Rawinala bisa menampung dan memberi layanan secara lebih intensif terhadap anak-anak tersebut. Sungguh tangan Tuhan bekerja dahsyat di Rawinala! Terjadi perubahan besar dalam diri anak-anak itu, juga pada diri orangtua mereka. Dari yang tadinya bersikap menolak dan menginginkan kesembuhan, akhirnya menerima dengan cinta. Dari yang tadinya terlalu melindungi, akhirnya memberi kebebasan bagi anaknya untuk berkembang sesuai potensi. Pimpinan dan para pengasuhnya bertutur, “Sesungguhnya bukan kami yang menolong mereka, tetapi mereka yang justru banyak memberi berkat pada kami.”

Sama seperti orangtua anak-anak di Rawinala yang pada mulanya belum berdamai dengan kondisi anaknya, Paulus juga pernah berada di titik itu. Ia pernah mendoakan duri dalam dagingnya agar dilepaskan Allah. Apakah yang dimaksud dengan “duri dalam daging”? “Duri dalam daging” adalah sebuah ungkapan yang mengarah pada segala sesuatu yang tidak mengenakkan dan mengganggu. Sebagian menganggap “duri dalam daging” Paulus adalah penyakit atau keadaan fisik tertentu yang membuat Paulus terlihat lemah. Barangkali, duri dalam daging Paulus adalah penyakit mata yang dialaminya (bdk. Gal. 6:11).

Teens, Tuhan menjawab doa Paulus tentang duri dalam dagingnya dengan cara yang unik. Yang Tuhan berikan bukanlah kesembuhan atau kelepasan akhir. Tuhan justru memberikan kasih karunia yang kekal. Karena itu, Teens, apa pun duri dalam daging kita, ingat, hal itu diizinkan Tuhan agar kita menerima keadaan kita dan bergantung kepada-Nya. Dengan demikian, kita belajar untuk tidak sombong. Bahkan, kita akan menyadari bahwa anugerah Tuhan tidak terbatas dan lebih daricukup untuk hidup kita.