1 Korintus 12:12-31

… terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok,

kita berikan perhatian khusus.

(1 Korintus 12:23)

Hee Ah Lee sangat piawai memainkan tuts-tuts piano. Alunan musik “Ode to Joy” karya Beethoven terdengar begitu indah dan sempurna dimainkannya. Semua itu lahir dari jari-jarinya yang tak sempurna. Ya, Hee Ah Lee adalah seorang anak berkebutuhan khusus. Hee Ah Lee adalah pianis asal Korea. Ia terlahir menderita ectrodactyly atau yang dikenal sebagai “sindrom capit lobster.” Hal itu menyebabkan kedua tangannya memiliki dua jari yang bentuknya mirip capit dan huruf “V.” Kedua kakinya juga tak sempurna, hanya sebatas lutut. Namun, “kekurangan” itu tidak menghalangi Hee Ah menjadi “sesuatu.” Sesuai namanya “Hee Ah Lee” yang artinya “Hee” adalah sukacita, “Ah” adalah tunas pohon yang terus mekar, dan “Lee” adalah nama keluarga, Hee Ah Lee selalu berusaha menebar kegembiraan di mana pun dia berada meski dengan keterbatasannya. Pantas saja jika ia selalu bahagia!

Kehadiran teman-teman dengan beragam disabilitas, misalnya tunadaksa seperti Hee Ah Lee yang tidak memiliki organ tubuh yang lengkap, di tengah-tengah persekutuan ibadah kita adalah anugerah keragaman dari Tuhan. Keanekaragaman yang tidak disikapi dengan baik dapat menimbulkan perpecahan manakala anggotanya saling bersaing. Namun, keanekaragaman pun dapat menimbulkan persatuan apabila para anggotanya saling memperhatikan. Bagaimana caranya? Setiap anggota harus berfungsi menurut kehendak Allah dan menolong anggota-anggota lain juga untuk menjalankan fungsinya. Ingat, jika seorang anggota menderita, penderitaannya dapat memengaruhi semua anggota lainnya.

Teens, Tuhan menginginkan agar kita dapat mengelola keragaman dengan baik. Oleh karena itu, kita harus menolong dan memfasilitasi teman-teman dengan disabilitas agar mereka dapat beribadah, melayani, memahami, dan menuruti kehendak Allah, dengan cara terlebih dahulu menyambut dan menerima mereka sebagai wujud perhatian kita.