Kejadian 6:5-22

… Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.

(Kej. 6:9)

 

 

 

 

Ungkapan “musuh dalam selimut” menyingkap makna yang sangat ironis. Banyak orang di sekitar kita yang pura-pura baik, pura-pura dekat, bahkan berhasil jadi akrab dengan kita. Meski sudah sangat dekat dan akrab, tetapi mereka tidak pernah ada di pihak kita. Mereka bergaul karena ada maunya. Mereka munafik. Kemunafikan mereka telah membuat jalinan pergaulan menjadi sia-sia belaka.

 

 

Pada ayat 5 dicatat betapa kejahatan manusia besar di bumi. Kecenderungan hatinya hanya melakukan apa yang jahat. Kenyataan ini bahkan membuat Tuhan menyesal telah menciptakan manusia. Bayangkan, betapa hebatnya dosa dan kejahatan manusia saat itu terhadap Tuhan. Namun, di balik kebejatan manusia itu, ternyata masih ada seorang saleh di muka bumi. Dialah Nuh. Ia dikenal hidup benar dan tidak bercela. Nuh hidup bergaul dengan Allah. Ia memiliki hubungan karib dengan Allah. Ia tetap setia kepada Allah, meskipun seluruh manusia sudah melupakan Allah. Relasi intim dengan Tuhan telah menjaga Nuh dari pergaulan bebas yang merusak. Kekariban itu membuat Tuhan mengasihi Nuh dan menyelamatkannya dari air bah yang menutupi muka bumi.

 

 

Youth, banyak orang berpikir bahwa kekayaan dan kesuksesan berkaitan erat dengan perkenanan Tuhan. Jika Tuhan berkenan pada seseorang, ia pasti diberkati hingga menjadi kaya dan sukses. Akibatnya, banyak orang bergaul dengan Tuhan hanya agar bisa menjadi kaya dan sukses dalam usahanya. Padahal, Tuhan merindukan agar kita bergaul dengan-Nya tanpa embel-embel. Ia mau kita menjadi sahabat sejati-Nya. Tuhan mau berbicara terus kepada kita dan melalui kita, bahkan Tuhan mau bekerja bagi dunia melalui diri kita.

 

 

1. Apa saja buah manis dari pergaulan karib Nuh dengan Allah?
2. Bagaimana caranya kamu memelihara pergaulan imanmu dengan Tuhan?

 

 

Pokok Doa: Kerinduan untuk terus bergaul karib dengan Tuhan.