Ibrani 2:10-18

Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan,

mereka semua berasal dari Satu;

itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara ….

(Ibrani 2:11)

Umumnya, orang akan bangga menjadi saudara dari orang yang hebat. Sebab, bisa numpang tenar! Tetapi, bagaimana jika ada saudara kita yang tertangkap polisi oleh karena kasus kriminal, atau melakukan sesuatu yang buruk? Kebanyakan orang akan malas atau enggan mengakui dia sebagai saudaranya. Lumrah sih. Selain kecewa, kita juga malu.

Di dalam Ibrani 2:10-18, kita membaca bahwa Kristus tidak malu menyebut kita sebagai saudara. Padahal, siapa kita? Adakah yang bisa dibanggakan dari kita? Satu-satunya kenyataan yang membuat kita berharga adalah karena kita, anak-anak Allah. Itu pun karena Allah yang berkenan memanggil kita sebagai anak-anak-Nya. Yang lebih menakjubkan lagi, Kristus bukan hanya tidak malu menyebut kita sebagai saudara. Bahkan, Ia juga menjadi sama dengan manusia. Ia memiliki darah dan daging. Ia yang tidak terbatas, rela menjadi terbatas. Ia berada bersama orang-orang berdosa. Dengan cara demikian, Ia dapat menyelamatkan manusia. Sebelumnya manusia telah memilih meninggalkan Allah sehingga menemukan kebinasaan. Meski demikian, Ia membebaskan manusia yang telah membiarkan dirinya diperbudak oleh dosa, keinginan dan perbuatan yang membawa sengsara pada diri sendiri.

Teens, pernahkah kamu menemukan kasih seperti ini? Kasih yang menerima kita bukan pada saat kita baik dan membanggakan, tetapi saat kita justru mengecewakan dan memilih jalan yang salah. Kata kunci yang sangat penting di sini adalah “belas kasihan” (ayat 17b). Ya, Kristus menaruh belas kasihan kepada kita. Ia tahu manusia telah memilih jalan yang salah, dan untuk itu manusia harus membayar mahal melalui penderitaannya terpisah dari Allah. Karena itu, Ia datang membawa manusia kembali kepada Allah. Apakah kamu juga mengalami kasih yang sama? Lantas, apa yang akan kamu lakukan untuk membalas kasih-Nya yang besar?